Nurur Robbani Arrofi'i
Sabtu, 16 April 2011
Arti Surah Al Mulk
SURAH AL-MULK
"KERAJAAN"
PendahnluanAyat 1-10
Surah Makkiyah ini menggambarkan dan membuktikan totalitas komprehensif atau menyeluruh tentang ketuhanan. Ciptaan tampaknya memang terdiri dari berbagai sistem yang berbeda, dengan masing-masing sistem bergerak menuju pencapaian penuh potensinya, dan sistem-sistem ini saling berjalin berkelindan, entah terlihat maupun tidak.
Sang Pengendali dari seluruh sistem ini adalah satu Pencipta yang tak terbatasi oleh waktu dan meliputi seluruh makhluk. Segenap anugerah dan rahmat itu dimaksudkan agar kita bisa mengetahui rahmat-Nya yang tak berbatas, kasih sayang dari sang Pencipta yang Maha Pengasih, tempat kembali seluruh makhluk, dan yang dengan rahmat-Nya seluruh makhluk diciptakan.
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
1. Mahasuci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
2. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih amal perbuatannya. Dan Dia Mabaperkasa lagi Maha Pengampun.
Ciptaan itu didasarkan pada cinta sang Pencipta pada apa yang Dia ciptakan. Dan apa yang Dia ciptakan berasal dari diri-Nya, ditopang oleh-Nya, didukung oleh-Nya, dan kembali kepada-Nya. Ketika cinta itu mengejewantah dalam diri makhluk, sang makhluk pun merasakan kebahagiaan dan kenikmatan. Sumber dan pancaran kebahagiaan itu selalu ada setiap saat. Hanya saja, memang sang makhluk sendirilah yang suka menghalanginya secara ceroboh. Seluruh ciptaan ini adalah hasil dari rahmat Zat yang ciptaan-Nya adalah kerajaan-Nya. Segala sesuatu di dalamnya berada dalam genggaman-Nya dan berasal dari kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, setiap makhluk memperoleh kekuatannya secara langsung dari sang Pencipta.
Allah menciptakan pengalaman hidup dan mati. Dalam kehidupan ini, manusia dilemparkan ke dalam berbagai situasi agar ia bisa tersucikan dari segala pengaruh jahat. Cobaan(balâ') adalah suatu ujian penting yang menggerakkan manusia, dengan ilmu dan pengetahuan, menuju tingkatan kemumian yang lebih tinggi. Ujian (balwa) adalah sarana manusia untuk menghilangkan hambatan hasrat dan pamrih yang ada antara dirinya dan sang Pencipta. Ujian mengajari makhluk untuk hidup bebas, mengetahui anugerah hidup yang telah diberikan kepadanya. Amal-amal paling baik adalah yang dilakukan tanpa pamrih. Semuanya itu dilakukan semata-mata dan secara tulus demi kepentingan Allah.
Manifestasi atau pengejawantahan pertama dari penciptaan adalah kehidupan. Pengalaman kehidupan bermakna hanya bila ada lawannya, pengalaman kematian. Pengalaman ini pasti dialami setiap orang. Selain ada kehidupan dan kematian lahiriah, ada juga kehidupan dan kematian batiniah. Ketika hati sudah mengeras, maka ia sama saja mati. Jika hati itu mengalir, maka ia hidup. Kehidupan dan kematian sama-sama ada, baik secara inderawi maupun maknawi.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
3. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang. Maka, lihatlah berulang-ulang, apakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang?
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ
4. Kemndian pandanglah sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat, dan pandanganmu pun dalam keadaan payah.
Kerajaan Allah terwujud dalam tujuh lapisan, tujuh tahap atau model langit yang berbeda. Setiap lapisan berada di atas lapisan lainnya, saling berkaitan secara tidak kelihatan, tetapi tetap mempertahankan segenap karakteristiknya masing-masing. Dijumpai dalam berbagai hadis dan juga ucapan para Imam bahwa bumi mempunyai tujuh lapisan. Malahan, ada sebuah doa yang berbunyi: Rabb as-samawât as-sab' wa rabb al-ardh as-sab' (Tuhan pemilik tujuh langit dan tujuh bumi).
"Kamu sekali-kali tidak melihat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang." Kata futhur berasal dari fathara, yang berarti membuka, meretakkan.Fithrah adalah retakan awal—awal manusia dihidupkan. Tuhan Yang Maha Pengasih meliputi segala sesuatu di bawah naungan rahmat-Nya. Rahmat Allah diberikan kepada seluruh makhluk, sementara rahm-Nya. hanya diberikan kepada orang mukinin. Di bawah naungan Tuhan Yang Maha Pengasih, tidak ada sesuatu pun dalam ciptaan yang tidak bisa ditempatkan. Tidak ada keterputusan di dalamnya. Segala sesuatu menjadi bermakna bagi manusia bila ia mengembangkan pandangan yang benar dan mencampakkan penilaian yang serampangan. Allah berfirman, "Kemudian pandanglah sekali lagi." Sebab, sekalipun manusia sering melihat, ia melakukannya tanpa suatu tilikan yang cermat. Alquran menantang manusia untuk memandang sekali lagi kalau-kalau ia menemukan ada sesuatu yang salah atau tidak seimbang. Semakin sering seseorang memandang, semakin ia menemukan kesempurnaan lapis demi lapis dalam hukum-hukum dan keterkaitan yang menyatukan alam semesta ini.
Sering muncul keraguan dalam diri manusia ketika ia mulai merenung. Pada mulanya, renungannya tampak tidak jelas dan tidak berhubungan dengan hakikatnya. Akan tetapi, semakin sering ia merenung, semakin sering pula ia melihat kasih sayang sejati yang mengantarkannya menuju kesadaran dan pemahaman sempuma. Penglihatan akan didapatkannya kembali dan ia tidak akan mampu menemukan kesalahan.
"Niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat, dan pandanganmu pun dalam keadaan payah." Kata khâsi' berarti tertolak, vulgar, diingkari. Kata hashîr berarti kelelahan, putus asa atau kepayahan. Jika manusia merenung, maka ia tidak akan mampu melihat suatu cacat apa pun. Pandangannya hanya akan melihat Tuhan Yang Maha Pengasih, yang pengejawantahan-Nya ada dalam kesempumaan ciptaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang timpang. Entitas-entitas kemakhlukan saling berkaitan satu sama lain dengan sangat akurat. Ini menegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Meliputi mengejawantahkan rahmat-Nya. Dengan kata lain, kemampuan akal manusia dan tilikannya akan mampu melihat kesempurnaan ciptaan.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
5. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
6. Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhan mereka memperoleh azab dan siksa Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ
7. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sementara neraka itu menggelegak.
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْخَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
8. Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya, "Apakah belum pernah datang kepadamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?"
قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ
9. Mereka menjawab, "Ya, benar. Sesungguhnya telah datang kepada kami pemberi peringatan. Lalu kami mendustakan, dan kami katakan, 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tiada lain hanyalah dalam kesesatan yang besar.'"
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
10. Dan mereka berkata, "Sekiranya dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidak akan termasuk dalam golongan penghuni neraka yang menyala-nyala."
Langit terendah adalah langit yang dilihat manusia sekarang ini. Langit-langit yang lain berada di luar jangkauan mata telanjang biasa. Semuanya itu bertumpu pada energi atau kekuatan halus yang menyatukan alam semesta. Bintang-bintang menghiasi langit terendah, yang menampakkan banyak sekali pertukaran dinamis, entah bisa dilihat atau disimpulkan melalui observasi.
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan." Kata rajama, yang merupakan akar kata dari alat pelempar, berarti melempari atau mengutuk. Ada beberapa makna yang bisa diberikan kepada frase ini. Arti pertama adalah bahwa kekuatan setan yang tak kasatmata tidak dapat melampaui langit dunia. Makna lainnya adalah bahwa orang-orang yang menggunakan kekuatan supranatural dan sihir bakal sengsara dan tidak akan mampu melampaui suatu batas.
Semua bentuk setan atau penyimpangan akan mengantarkan manusia menuju 'adzâb as-sa'îr, azab dan siksa api neraka yang menyala-nyala. Orang-orang yang berada dalam genggaman kekuasaan setan—yang mengingkari Tuhan, menutup-nutupi, tidak beriman bahwa ada Pemelihara kehidupan yang memandu kita menuju perwujudan berbagai kemungkinan potensi kita—akan memperoleh azab api neraka abadi, yang tidak ada tandingan kepedih-an dan kedahsyatannya. Kata mashir, tempat tujuan atau nasib terakhir, berasal dari kata shara, yang berarti menjadi, sebuah kata yang menyiratkan "adanya waktu."
Erangan atau keluhan yang terlontar ketika seseorang memasuki neraka Jahannam adalah ekspresi terakhir yang disebut syahiq (erangan). Kata syahaqa berarti menghirup, menghela nafas, mengerang. Ketika berada di tempat kediaman terakhir, makhluk-makhluk mengeluarkan suara keluhan di suatu lingkungan yang senantiasa berubah, tidak pernah tetap—kebalikan dari surga.
Dalam api yang selalu berkobar-kobar, berputar-putar dengan kemurkaan, yang semakin panas ketika diberikan bahan bakar, muncul suatu suara yang bertanya, "Bukankah kau sudah diberitahu tentang keadaan ini? Bukankah kau sudah diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong akhir yang mengerikan ini?" Penanya itu adalah para penjaga api neraka.
Orang-orang yang ditanya itu kemudian menjawab, "Kami tidak mendengar. Kami mengingkari eksistensi Tuhan Yang Mahabenar. Kami mengingkari Allah. Kami yakin bahwa tidak ada Tuhan Yang Mahabenar dan menganggap bahwa orang-orang yang menyuarakan kebenaran adalah orang-orang yang sesat.
Hanya ada keadilan di dunia ini dan di akhirat nanti. Jika seseorang tidak mendengar suara kebijakan yang akan memandunya di dunia ini dan menunjukkan kepadanya bagaimana cara hidup yang menjauhkan dirinya dari bahaya—jika ia tidak memperhatikan kebijakan itu, maka ia akan sengsara dalam kehidupan ini. Akan tetapi, ada lagi keadaan yang lebih tinggi, suatu keadaan di mana terdapat keimanan pada dan pengakuan akan Allah. Jika keadaan itu tidak muncul, hukuman ada diterima di dunia ini maupun di akhirat nanti—ketika waktu relatif berhenti dan keabadian mutlak dimulai.
Ini bukanlah bahasa teater. Ada komunikasi seketika di luar batas waktu di antara berbagai makhluk. Dalam kehidupan ini, orang-orang kafir menarik garis batas antara kemampuan mendengar dan kemampuan memahami apa yang bisa didengar. Mereka merintangi penggunaan kemampuan akal alami, indera bawaan yang dianugerahkan kepada setiap orang. Mereka salah menafsirkan demi ke-untungan mereka sendiri, keterikatan sentimental, emosionalisme, atau karena cinta dunia.
Kata-kata Motivasi
Dapatkan Rahasia dan Kiat Sukses Memulai Usaha dan Mulai menjadi WirausahaSukses, Klik di . KIAT DAN RAHASIA PENGUSAHA SUKSES DALAM MEMULAI USAHAuntuk mendapatkan Panduannya.
Berikut beberapa kata-kata Motivasi yang saya ambil dari buku Rahasia Pencapaian Pribadi Sukses Mengembangkan Diri :
“Hampir 95 persen segala sesuatu yang Anda pikirkan dan rasakan adalah kebiasaan dan otomatis, ditentukan oleh perilaku-perilaku dan pengalaman-pengalaman di masa lalu”
“Bangunlah sebuah sikap berterima kasih. Katakan “terima kasih” pada setiap orang untuk segala sesuatu yang mereka lakukan untuk Anda. Ini adalah investasi terhadap peluang jutaan dolar tanpa modal”
“Orang-orang yang sehat dan bahagia adalah mereka yang menghadapi kenyataan-kenyataan hidup mereka secara langsung. Namun tidak berharap hal itu berubah secara langsung.”
“Mengapa sampai sekarang Anda belum mencapai tujuan-tujuan Anda? Apa alasan-alasan yang sering Anda pakai, dan bagaimana alasan-alasan itu menahan Anda dari kemajuan?”
Ada banyak kata-kata motivasi untuk sukses pengembangan diri. Ada yang mau menyumbangkan kata-kata motivasi lainnya? Ditunggu loh juga artikel-artikelnya. Terimakasih pada yang sudah mendaftar kontributor. Ditunggu artikel-artikel motivasinya, sharing inspirasinya, cerita-cerita suksesnya.
Arti Surah Al Waqiah
SURAH AL-WAQI'AH
"HARI KIAMAT"
PendahuluanAyat 1-10
Surah Makkiyah ini menggambarkan kebangkitan besar ketika segala sesuatu bakal ditampakkan dan keadilan sempurna akan ditegakkan.
Surah ini mengemukakan bukti eksistensial yang memungkinkan manusia mempertanyakan kembali keberadaannya dan juga memungkinkannya menyadari adanya satu Pencipta, satu-satunya Zat yang layak disembah dan diibadahi.
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Segala sesuatu dimulai dengan nama Allah. Kata bismillah (dengan nama Allah) adalah bagian dari setiap surah Alquran, kecuali surah at-Tawbah. Bismillâhirrahmânirrahimmempunyai makna harfiah yang selalu sama, tetapi pesannya berbeda sesuai dengan makna surah yang diawalinya. Orang-orang yang beriman, dan yang imannya telah diuji dengan beragam kesadaran dan pengalaman pribadi, akan melihat satu tangan di balik segala sesuatu yang maujud dan juga tidak maujud. Mereka melihat yang lembut di balik yang kasar. Segala sesuatu mempunyai label Tuhan Yang Mahabenar di dalamnya. Entah suka atau tidak, segala sifat atau tindakan selalu ditandai oleh penyebabnya.
Bismillah adalah pintu gerbang yang, bila dibuka dengan benar, akan mengantarkan Anda menuju taman surah ini. Kalimat ini adalah bagian dari setiap surah dan, dengan sendirinya, mesti dibaca dalam salat karena merupakan bagian darinya. Dalam salat, seseorang harus memilih satu surah terlebih dahulu, lalu mengucapkan bismillâh, dengan nama Allah yang telah memberi Anda kemampuan untuk menyatakan tauhid dengan membiarkannya mengalir dalam surah itu selama teriintas dalam benaknya.
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
1. Apabila telah terjadi hari kiamat.
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ
2. Tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
3. (Kejodian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan lainnya).
"Apabila telah terjadi hari kiamat." Kata waqa’a berarti tiba, menimpa, terjadi. Peristiwa yang menyibukkan manusia adalah hari kebangkitan, yawm al-qiyâmah, hari awal dari tahap berikutnya pengalaman manusia. Hari inilah titik acuan utama dan sangat penting artinya. Apa pun yang ada dalam siklus penciptaan berikutnya—yang tidak didasarkan pada dualitas di mana ada kekacauan antara jiwa dan raga—tidaklah tunduk pada waktu. Apa pun yang ada atau yang dapat dialami sejak terjadinya peristiwa besar itu dan sesudahnya sesungguhnya memiliki refleksinya dalam kehidupan ini. Umpamanya saja, dalam Alquran, api yang dijanjikan dalam kehidupan akhirat disebut sebagai api neraka Jahannam (nâr al-jahannam) atau api besar (an-nâr al-kubra), yang menyiratkan bahwa apa yang Anda alami dalam kehidupan ini adalah api kecil dalam bentuk amarah, kekecewaan, hasutan, dan berbagai hasrat atau keinginan yang tak terpenuhi. Pengalaman tentang surga secara potensial juga ada dalam kehidupan manusia di dunia ini. Demikian pula, pengalaman tentang peristiwa itu, hari perhitungan, bisa digemakan dan direfleksikan dalam diri manusia sekarang dan di dunia ini.
Ketika sebuah peristiwa penting terjadi dalam diri seseorang, hal itu bisa membuatnya mulai tersadar atau memberikan kesaksian. Peristiwa seperti ini memudahkan jalan menuju eksistensi. Manusia bergerak dalam sebuah terowongan yang didorong oleh kekuatan alam, dibimbing atau disesatkan oleh kebiasaan-kebiasaan masa lalu, keadaan-keadaan masa kini, dan berbagai proyeksi masa depan. Ia berada dalam kepompong. Jika kemudian ada guncangan tiba-tiba atau keretakan itu mulai melebar, maka itulah peristiwa besar (waqi'ah)bagi orang yang telah mengalaminya. Akan tetapi, ketika terjadi peristiwa besar (yawm al-qiyâmah), tidak ada seorang pun bisa mengingkarinya. Setiap orang tunduk kepada kekuatannya. Peristiwa ini mengangkat dan menjatuhkan, meledakkan planet, bintang, atau aspek-aspek alam semesta, dan menghancurkan bagian-bagian lainnya. Sebuah ciptaan berakhir dan ciptaan lainnya pun dimulai. Entitas-entitas kosmis dipaksa untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Akan terjadilah situasi perendahan dan peningkatan.
Inilah waktunya ketika hati-hati yang telah tercerahkan diangkat dan dilapangkan dari beban-bebannya, sementara hati-hati yang temoda dan penuh dengan beban dihancurkan. Seorang mukmin ditinggikan dan seorang kafir atau seorang munafik pun dihinakan. Hari perhitungan adalah hari pemilahan, hari pemisahan ke dalam berbagai kelompok (yawm al-fashl). Tidak ada daerah abu-abu atau kabur. Keadaan Anda akan bahagia atau sengsara, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Anda dan apa yang telah Anda peroleh dalam kehidupan singkat dunia ini. Orang-orang yang telah mengangkat diri mereka dengan menempuh jalan kebenaran bakal ditinggikan setinggi-tingginya di akhirat, dan orang-orang yang sudah merendahkan diri mereka sendiri bakal direndahkan serendah-rendahnya. Kesadaran di akhirat adalah abadi dan, karena itu, bersifat permanen. Inilah sebabnya akhirat itu disebut tempat tinggal terakhir, karena di dalamnya tidak ada lagi pergerakan.
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا
4. Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya.
وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا
5. Dan gunung-gunung dihancurleburkan sehancur-hancurnya.
فَكَانَتْ هَبَاءً مُّنبَثًّا
6. Lalu gunung-gunung itu pun berubah menjadi debu beterbangan dan berhamburan.
"Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya." Bumi adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai fondasi, seperti tanah misalnya. Kata rajja berarti mengguncangkan. Setiap orang menginginkan stabilitas atau kemapanan, entah dalam rumah, pergaulan dan hubungan, atau dalam perekonomian. Akan tetapi, orang-orang yang mencari stabilitas mutlak mengetahui bahwa yang demikian itu hanya dijumpai bila ada keimanan dan ketawakalan kepada Allah. Segala jenis stabilitas lainnya bersifat relatif. Sekalipun hal itu mungkin berlangsung selama hayatnya masih dikandung badan, sang pencari kebenaran pun mengetahui bahwa dunia dan alam semesta sesungguhnya tengah menempuh perjalanan, dan bahwa fondasi yang dijadikannya untuk membangun keamanan relatifnya bisa saja terguncang dan dicabut dari dirinya. Sewaktu mengalami guncangan, fondasi relatif yang rapuh, setelah memenuhi tujuannya dalam siklus penciptaan ini, sudah berakhir. Bagi seseorang yang tengah menempuh jalan itu, kesengsaraan seperti itu dipandang sebagai bukti langsung cinta Tuhan Yang Mahabenar kepada dirinya. Karena itu, ia pun mencari fondasi yang lebih baik hingga ia menemukan fondasi sejati dari segala fondasi.
Massa yang padat, yang mencapai keseimbangan sesudah bumi menjadi dingin, dengan memberinya stabilitas relatif, akan hancur beterbangan dan berhamburan menjadi debu. Orang beruntung yang memiliki intelek mulai menyadari bahwa apa yang dipahaminya sebagai ketangguhan fondasinya hanya ada dalam benaknya saja. Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang abadi, entah kesehatan, kekayaan, maupun anak-anak. Sesudah hal itu diketahui, kesadaran, kesegeraan, dan urgensi pencarian kebenaran menjadi kesibukan utama dalam kehidupannya, dan seluruh aspek lainnya menjadi sekunder dan, karenanya, bisa diterima kefanaannya. Setelah fondasinya diguncang dan dihancurkan, terbangunlah sebuah fondasi yang baru dan lebih kuat.
Ukuran hal-hal duniawi berpijak pada faktor-faktor waktu spesifik yang sangat berbeda bila ada keberpalingan hati, yang menimbulkan perubahan situasi seseorang. Ini adalah masalah sikap. Dihalaunya hati dari dunia ini memang benar-benar sebuah peristiwa besar. Ini adalah pengantar menuju pengalaman tentang kehidupan sesudah mati. Maka, hati pun tercerabut sepenuhnya dan memasuki keadaan melampaui kebebasan. Sebab, kebebasan hanya bermakna karena ada belenggu. Manusia mampu memahami keadaan ini secara intelektual dan eksperiensial hingga berbagai tingkatan kejelasan. Misalnya saja, berbagai realitas kasatmata yang paling solid dalam kehidupan ini adalah gunung-gunung yang melabuhkan jubah bumi. Jika entitas-entitas yang dipandang paling solid ini bisa dibebaskan, maka perhatikan hal-hal yang sama rapuhnya dengan segenap pergaulan atau pemikiran.
"Lalu gunung-gunung itu pun berubah menjadi debu beterbangan dan berhamburan." Ketika peristiwa akhir itu terjadi, ada aliran-aliran pasti yang ke dalamnya setiap orang dipisahkan. Dalam dunia ini, aliran-aliran itu tidak diuraikan dengan jelas karena kita mempersepsikan segala sesuatu dalam berbagai tingkatan relatif, dan relativitas itu mengaburkan berbagai uraian itu.
وَكُنتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً
7. Dan kamu menjadi tiga golongan.
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
8. (Pertama) golongan yang berbahagia. Alangkah mulianya golongan yang berbahagia itu.
Manusia bisa dibagi menjadi tiga jenis. Pada peristiwa terakhir itu, akan ada proses penyaringan persis sama sebagaimana terjadi dalam kehidupan ini. Dalam satu kelompok, ada orang-orang beriman, yang keimanannya bisa berasal baik dari penalaran intelektual maupun melalui pewarisannya dari sebuah keluarga yang beriman kepada Tuhan Yang Mahabenar, kepada Islam. Dalam kelompok lainnya, ada orang-orang yang merugi, yang kebingungan dan sombong. Mereka adalah orang-orang yang egonya demikian membatu sehingga Tuhan Yang Mahabenar pun mereka ingkari sepenuhnya. Akan tetapi, jenis-jenis ini tidak selalu terikat dengan kelompok-kelompok mereka. Ada saat-saat di mana seseorang meninggalkan golongan orang-orang yang merugi dan berada dalam kebingungan untuk kemudian bergabung dengan golongan orang-orang yang memiliki keimanan, keimanan tak tergoyahkan, yang bertumpu pada pengetahuan tentang satu-satunya Tuhan Yang Mahabenar.
Orang-orang golongan kanan adalah orang-orang yang memiliki keimanan sejati. Mereka beriman kepada Allah dan juga kepada rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. Mereka pun berkeyakinan bahwa tujuan penciptaan adalah mengenal sang Pencipta dan mampu menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak sang Pencipta. Iman dimulai dengan ketundukan lahiriah, dan berakhir dengan pengakuan langsung bahwa kehendak seseorang dan ketentuan Allah adalah satu: keduanya memancar dari Yang Mahaesa, didukung oleh-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Pada tahapan ini, manusia menyadari sumber kebahagiaan batiniah, karena sudah tidak ada lagi perlawanan apa pun.
Orang-orang golongan kanan telah bertindak secara positif dan langsung. Tangan kanan dalam kebudayaan Arab, dan juga dalam berbagai kebudayaan lainnya, adalah tangan yang digunakan dalarn transaksi yang sah dan halal. Sementara itu, tangan kiri adalah tangan untuk menyerahkan dan membuang, tangan pengingkaran.
وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ
9. (Kedua) golongan celaka. Alangkah sengsaranya golongan celaka itu.
Kata masy'amah (tangan kiri) berasal dari kata sya'ama, dan berarti mengetahui pertanda buruk, meramalkan suatu bencana atau ketidakberuntungan. Orang-orang golongan kiri adalah orang-orang buangan yang telah mengutuk diri karena kebodohan dan kerugian mereka sendiri. Manusia tidak bisa menggugat sang Pencipta. Ia sudah diberi gambaran tentang Tuhan Yang Mahabenar, suatu referensi kepada yawm al-qiyâmah yang tidak bisa dicampurinya. Dalam kehidupannya, ia mungkin saja merasa bahwa ia mengalami kerugian, marah, tidak bahagia, dan kebingungan. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa masih ada kemungkinan munculnya kesadaran yang dapat memasukkannya ke dalam golongan kanan. Karena itu, ia harus terus berusaha.
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ
10. (Ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu beriman.
Langganan:
Postingan (Atom)