Sabtu, 16 April 2011

Anak Yatim Piatu

Grup Qasidah Aryaduttaqwa

Arti Surah Al Mulk

SURAH AL-MULK

"KERAJAAN"

Pendahnluan

Ayat 1-10

Surah Makkiyah ini menggambarkan dan membuktikan totalitas komprehensif atau menyeluruh tentang ketuhanan. Ciptaan tampaknya memang terdiri dari berbagai sistem yang berbeda, dengan masing-masing sistem bergerak menuju pencapaian penuh potensinya, dan sistem-sistem ini saling berjalin berkelindan, entah terlihat maupun tidak.
Sang Pengendali dari seluruh sistem ini adalah satu Pencipta yang tak terbatasi oleh waktu dan meliputi seluruh makhluk. Segenap anugerah dan rahmat itu dimaksudkan agar kita bisa mengetahui rahmat-Nya yang tak berbatas, kasih sayang dari sang Pencipta yang Maha Pengasih, tempat kembali seluruh makhluk, dan yang dengan rahmat-Nya seluruh makhluk diciptakan.
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
1.  Mahasuci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
2.  Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih amal perbuatannya. Dan Dia Mabaperkasa lagi Maha Pengampun.
Ciptaan itu didasarkan pada cinta sang Pencipta pada apa yang Dia ciptakan. Dan apa yang Dia ciptakan berasal dari diri-Nya, ditopang oleh-Nya, didukung oleh-Nya, dan kembali kepada-Nya. Ketika cinta itu mengejewantah dalam diri makhluk, sang makhluk pun merasakan kebahagiaan dan kenikmatan. Sumber dan pancaran kebahagiaan itu selalu ada setiap saat. Hanya saja, memang sang makhluk sendirilah yang suka menghalanginya secara ceroboh. Seluruh ciptaan ini adalah hasil dari rahmat Zat yang ciptaan-Nya adalah kerajaan-Nya. Segala sesuatu di dalamnya berada dalam genggaman-Nya dan berasal dari kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, setiap makhluk memperoleh kekuatannya secara langsung dari sang Pencipta.
Allah menciptakan pengalaman hidup dan mati. Dalam kehidupan ini, manusia dilemparkan ke dalam berbagai situasi agar ia bisa tersucikan dari segala pengaruh jahat. Cobaan(balâ') adalah suatu ujian penting yang menggerakkan manusia, dengan ilmu dan pengetahuan, menuju tingkatan kemumian yang lebih tinggi. Ujian (balwa) adalah sarana manusia untuk menghilangkan hambatan hasrat dan pamrih yang ada antara dirinya dan sang Pencipta. Ujian mengajari makhluk untuk hidup bebas, mengetahui anugerah hidup yang telah diberikan kepadanya. Amal-amal paling baik adalah yang dilakukan tanpa pamrih. Semuanya itu dilakukan semata-mata dan secara tulus demi kepentingan Allah.
Manifestasi atau pengejawantahan pertama dari penciptaan adalah kehidupan. Pengalaman kehidupan bermakna hanya bila ada lawannya, pengalaman kematian. Pengalaman ini pasti dialami setiap orang. Selain ada kehidupan dan kematian lahiriah, ada juga kehidupan dan kematian batiniah. Ketika hati sudah mengeras, maka ia sama saja mati. Jika hati itu mengalir, maka ia hidup. Kehidupan dan kematian sama-sama ada, baik secara inderawi maupun maknawi.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
3.  Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang. Maka, lihatlah berulang-ulang, apakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang?
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ
4. Kemndian pandanglah sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat, dan pandanganmu pun dalam keadaan payah.
Kerajaan Allah terwujud dalam tujuh lapisan, tujuh tahap atau model langit yang berbeda. Setiap lapisan berada di atas lapisan lainnya, saling berkaitan secara tidak kelihatan, tetapi tetap mempertahankan segenap karakteristiknya masing-masing. Dijumpai dalam berbagai hadis dan juga ucapan para Imam bahwa bumi mempunyai tujuh lapisan. Malahan, ada sebuah doa yang berbunyi: Rabb as-samawât as-sab' wa rabb al-ardh as-sab' (Tuhan pemilik tujuh langit dan tujuh bumi).
"Kamu sekali-kali tidak melihat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang." Kata futhur berasal dari fathara, yang berarti membuka, meretakkan.Fithrah adalah retakan awal—awal manusia dihidupkan. Tuhan Yang Maha Pengasih meliputi segala sesuatu di bawah naungan rahmat-Nya. Rahmat Allah diberikan kepada seluruh makhluk, sementara rahm-Nya. hanya diberikan kepada orang mukinin. Di bawah naungan Tuhan Yang Maha Pengasih, tidak ada sesuatu pun dalam ciptaan yang tidak bisa ditempatkan. Tidak ada keterputusan di dalamnya. Segala sesuatu menjadi bermakna bagi manusia bila ia mengembangkan pandangan yang benar dan mencampakkan penilaian yang serampangan. Allah berfirman, "Kemudian pandanglah sekali lagi." Sebab, sekalipun manusia sering melihat, ia melakukannya tanpa suatu tilikan yang cermat. Alquran menantang manusia untuk memandang sekali lagi kalau-kalau ia menemukan ada sesuatu yang salah atau tidak seimbang. Semakin sering seseorang memandang, semakin ia menemukan kesempurnaan lapis demi lapis dalam hukum-hukum dan keterkaitan yang menyatukan alam semesta ini.
Sering muncul keraguan dalam diri manusia ketika ia mulai merenung. Pada mulanya, renungannya tampak tidak jelas dan tidak berhubungan dengan hakikatnya. Akan tetapi, semakin sering ia merenung, semakin sering pula ia melihat kasih sayang sejati yang mengantarkannya menuju kesadaran dan pemahaman sempuma. Penglihatan akan didapatkannya kembali dan ia tidak akan mampu menemukan kesalahan.
"Niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat, dan pandanganmu pun dalam keadaan payah." Kata khâsi' berarti tertolak, vulgar, diingkari. Kata hashîr berarti kelelahan, putus asa atau kepayahan. Jika manusia merenung, maka ia tidak akan mampu melihat suatu cacat apa pun. Pandangannya hanya akan melihat Tuhan Yang Maha Pengasih, yang pengejawantahan-Nya ada dalam kesempumaan ciptaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang timpang. Entitas-entitas kemakhlukan saling berkaitan satu sama lain dengan sangat akurat. Ini menegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Meliputi mengejawantahkan rahmat-Nya. Dengan kata lain, kemampuan akal manusia dan tilikannya akan mampu melihat kesempurnaan ciptaan.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
5.  Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
6. Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhan mereka memperoleh azab dan siksa Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ
7. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sementara neraka itu menggelegak.
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْخَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
8.  Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya, "Apakah belum pernah datang kepadamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?"
قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ
9. Mereka menjawab, "Ya, benar. Sesungguhnya telah datang kepada kami pemberi peringatan. Lalu kami mendustakan, dan kami katakan, 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tiada lain hanyalah dalam kesesatan yang besar.'"
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
10. Dan mereka berkata, "Sekiranya dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidak akan termasuk dalam golongan penghuni neraka yang menyala-nyala."
Langit terendah adalah langit yang dilihat manusia sekarang ini. Langit-langit yang lain berada di luar jangkauan mata telanjang biasa. Semuanya itu bertumpu pada energi atau kekuatan halus yang menyatukan alam semesta. Bintang-bintang menghiasi langit terendah, yang menampakkan banyak sekali pertukaran dinamis, entah bisa dilihat atau disimpulkan melalui observasi.
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan." Kata rajama, yang merupakan akar kata dari alat pelempar, berarti melempari atau mengutuk. Ada beberapa makna yang bisa diberikan kepada frase ini. Arti pertama adalah bahwa kekuatan setan yang tak kasatmata tidak dapat melampaui langit dunia. Makna lainnya adalah bahwa orang-orang yang menggunakan kekuatan supranatural dan sihir bakal sengsara dan tidak akan mampu melampaui suatu batas.
Semua bentuk setan atau penyimpangan akan mengantarkan manusia menuju 'adzâb as-sa'îr, azab dan siksa api neraka yang menyala-nyala. Orang-orang yang berada dalam genggaman kekuasaan setan—yang mengingkari Tuhan, menutup-nutupi, tidak beriman bahwa ada Pemelihara kehidupan yang memandu kita menuju perwujudan berbagai kemungkinan potensi kita—akan memperoleh azab api neraka abadi, yang tidak ada tandingan kepedih-an dan kedahsyatannya. Kata mashir, tempat tujuan atau nasib terakhir, berasal dari kata shara, yang berarti menjadi, sebuah kata yang menyiratkan "adanya waktu."
Erangan atau keluhan yang terlontar ketika seseorang memasuki neraka Jahannam adalah ekspresi terakhir yang disebut syahiq (erangan). Kata syahaqa berarti menghirup, menghela nafas, mengerang. Ketika berada di tempat kediaman terakhir, makhluk-makhluk mengeluarkan suara keluhan di suatu lingkungan yang senantiasa berubah, tidak pernah tetap—kebalikan dari surga.
Dalam api yang selalu berkobar-kobar, berputar-putar dengan kemurkaan, yang semakin panas ketika diberikan bahan bakar, muncul suatu suara yang bertanya, "Bukankah kau sudah diberitahu tentang keadaan ini? Bukankah kau sudah diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong akhir yang mengerikan ini?" Penanya itu adalah para penjaga api neraka.
Orang-orang yang ditanya itu kemudian menjawab, "Kami tidak mendengar. Kami mengingkari eksistensi Tuhan Yang Mahabenar. Kami mengingkari Allah. Kami yakin bahwa tidak ada Tuhan Yang Mahabenar dan menganggap bahwa orang-orang yang menyuarakan kebenaran adalah orang-orang yang sesat.
Hanya ada keadilan di dunia ini dan di akhirat nanti. Jika seseorang tidak mendengar suara kebijakan yang akan memandunya di dunia ini dan menunjukkan kepadanya bagaimana cara hidup yang menjauhkan dirinya dari bahaya—jika ia tidak memperhatikan kebijakan itu, maka ia akan sengsara dalam kehidupan ini. Akan tetapi, ada lagi keadaan yang lebih tinggi, suatu keadaan di mana terdapat keimanan pada dan pengakuan akan Allah. Jika keadaan itu tidak muncul, hukuman ada diterima di dunia ini maupun di akhirat nanti—ketika waktu relatif berhenti dan keabadian mutlak dimulai.
Ini bukanlah bahasa teater. Ada komunikasi seketika di luar batas waktu di antara berbagai makhluk. Dalam kehidupan ini, orang-orang kafir menarik garis batas antara kemampuan mendengar dan kemampuan memahami apa yang bisa didengar. Mereka merintangi penggunaan kemampuan akal alami, indera bawaan yang dianugerahkan kepada setiap orang. Mereka salah menafsirkan demi ke-untungan mereka sendiri, keterikatan sentimental, emosionalisme, atau karena cinta dunia.

Peresmian Pesantren dan tahfiz qur'an

Kata-kata Motivasi


Dapatkan Rahasia dan Kiat Sukses Memulai Usaha dan Mulai menjadi WirausahaSukses, Klik di . KIAT DAN RAHASIA PENGUSAHA SUKSES DALAM MEMULAI USAHAuntuk mendapatkan Panduannya.
Berikut beberapa kata-kata Motivasi yang saya ambil dari buku Rahasia Pencapaian Pribadi Sukses Mengembangkan Diri :
“Hampir 95 persen segala sesuatu yang Anda pikirkan dan rasakan adalah kebiasaan dan otomatis, ditentukan oleh perilaku-perilaku dan pengalaman-pengalaman di masa lalu”
“Bangunlah sebuah sikap berterima kasih. Katakan “terima kasih” pada setiap orang untuk segala sesuatu yang mereka lakukan untuk Anda. Ini adalah investasi terhadap peluang jutaan dolar tanpa modal”
“Orang-orang yang sehat dan bahagia adalah mereka yang menghadapi kenyataan-kenyataan hidup mereka secara langsung. Namun tidak berharap hal itu berubah secara langsung.”
“Mengapa sampai sekarang Anda belum mencapai tujuan-tujuan Anda? Apa alasan-alasan yang sering Anda pakai, dan bagaimana alasan-alasan itu menahan Anda dari kemajuan?”
Ada banyak kata-kata motivasi untuk sukses pengembangan diri. Ada yang mau menyumbangkan kata-kata motivasi lainnya? Ditunggu loh juga artikel-artikelnya. Terimakasih pada yang sudah mendaftar kontributor. Ditunggu artikel-artikel motivasinya, sharing inspirasinya, cerita-cerita suksesnya.

Logo mushola Arryaduttaqwa

Arti Surah Al Waqiah

SURAH AL-WAQI'AH

"HARI KIAMAT"

Pendahuluan

Ayat 1-10

Surah Makkiyah ini menggambarkan kebangkitan besar ketika segala sesuatu bakal ditampakkan dan keadilan sempurna akan ditegakkan.
Surah ini mengemukakan bukti eksistensial yang memungkinkan manusia mempertanyakan kembali keberadaannya dan juga memungkinkannya menyadari adanya satu Pencipta, satu-satunya Zat yang layak disembah dan diibadahi.
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Segala sesuatu dimulai dengan nama Allah. Kata bismillah (dengan nama Allah) adalah bagian dari setiap surah Alquran, kecuali surah at-Tawbah. Bismillâhirrahmânirrahimmempunyai makna harfiah yang selalu sama, tetapi pesannya berbeda sesuai dengan makna surah yang diawalinya. Orang-orang yang beriman, dan yang imannya telah diuji dengan beragam kesadaran dan pengalaman pribadi, akan melihat satu tangan di balik segala sesuatu yang maujud dan juga tidak maujud. Mereka melihat yang lembut di balik yang kasar. Segala sesuatu mempunyai label Tuhan Yang Mahabenar di dalamnya. Entah suka atau tidak, segala sifat atau tindakan selalu ditandai oleh penyebabnya.
Bismillah adalah pintu gerbang yang, bila dibuka dengan benar, akan mengantarkan Anda menuju taman surah ini. Kalimat ini adalah bagian dari setiap surah dan, dengan sendirinya, mesti dibaca dalam salat karena merupakan bagian darinya. Dalam salat, seseorang harus memilih satu surah terlebih dahulu, lalu mengucapkan bismillâh, dengan nama Allah yang telah memberi Anda kemampuan untuk menyatakan tauhid dengan membiarkannya mengalir dalam surah itu selama teriintas dalam benaknya.
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
1.  Apabila telah terjadi hari kiamat.
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ
2. Tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
3.  (Kejodian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan lainnya).
"Apabila telah terjadi hari kiamat." Kata waqa’a berarti tiba, menimpa, terjadi. Peristiwa yang menyibukkan manusia adalah hari kebangkitan, yawm al-qiyâmah, hari awal dari tahap berikutnya pengalaman manusia. Hari inilah titik acuan utama dan sangat penting artinya. Apa pun yang ada dalam siklus penciptaan berikutnya—yang tidak didasarkan pada dualitas di mana ada kekacauan antara jiwa dan raga—tidaklah tunduk pada waktu. Apa pun yang ada atau yang dapat dialami sejak terjadinya peristiwa besar itu dan sesudahnya sesungguhnya memiliki refleksinya dalam kehidupan ini. Umpamanya saja, dalam Alquran, api yang dijanjikan dalam kehidupan akhirat disebut sebagai api neraka Jahannam (nâr al-jahannam) atau api besar (an-nâr al-kubra), yang menyiratkan bahwa apa yang Anda alami dalam kehidupan ini adalah api kecil dalam bentuk amarah, kekecewaan, hasutan, dan berbagai hasrat atau keinginan yang tak terpenuhi. Pengalaman tentang surga secara potensial juga ada dalam kehidupan manusia di dunia ini. Demikian pula, pengalaman tentang peristiwa itu, hari perhitungan, bisa digemakan dan direfleksikan dalam diri manusia sekarang dan di dunia ini.
Ketika sebuah peristiwa penting terjadi dalam diri seseorang, hal itu bisa membuatnya mulai tersadar atau memberikan kesaksian. Peristiwa seperti ini memudahkan jalan menuju eksistensi. Manusia bergerak dalam sebuah terowongan yang didorong oleh kekuatan alam, dibimbing atau disesatkan oleh kebiasaan-kebiasaan masa lalu, keadaan-keadaan masa kini, dan berbagai proyeksi masa depan. Ia berada dalam kepompong. Jika kemudian ada guncangan tiba-tiba atau keretakan itu mulai melebar, maka itulah peristiwa besar (waqi'ah)bagi orang yang telah mengalaminya. Akan tetapi, ketika terjadi peristiwa besar (yawm al-qiyâmah), tidak ada seorang pun bisa mengingkarinya. Setiap orang tunduk kepada kekuatannya. Peristiwa ini mengangkat dan menjatuhkan, meledakkan planet, bintang, atau aspek-aspek alam semesta, dan menghancurkan bagian-bagian lainnya. Sebuah ciptaan berakhir dan ciptaan lainnya pun dimulai. Entitas-entitas kosmis dipaksa untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Akan terjadilah situasi perendahan dan peningkatan.
Inilah waktunya ketika hati-hati yang telah tercerahkan diangkat dan dilapangkan dari beban-bebannya, sementara hati-hati yang temoda dan penuh dengan beban dihancurkan. Seorang mukmin ditinggikan dan seorang kafir atau seorang munafik pun dihinakan. Hari perhitungan adalah hari pemilahan, hari pemisahan ke dalam berbagai kelompok (yawm al-fashl). Tidak ada daerah abu-abu atau kabur. Keadaan Anda akan bahagia atau sengsara, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Anda dan apa yang telah Anda peroleh dalam kehidupan singkat dunia ini. Orang-orang yang telah mengangkat diri mereka dengan menempuh jalan kebenaran bakal ditinggikan setinggi-tingginya di akhirat, dan orang-orang yang sudah merendahkan diri mereka sendiri bakal direndahkan serendah-rendahnya. Kesadaran di akhirat adalah abadi dan, karena itu, bersifat permanen. Inilah sebabnya akhirat itu disebut tempat tinggal terakhir, karena di dalamnya tidak ada lagi pergerakan.
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا
4. Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya.
وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا
5. Dan gunung-gunung dihancurleburkan sehancur-hancurnya.
فَكَانَتْ هَبَاءً مُّنبَثًّا
6. Lalu gunung-gunung itu pun berubah menjadi debu beterbangan dan berhamburan.
"Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya." Bumi adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai fondasi, seperti tanah misalnya. Kata rajja berarti mengguncangkan. Setiap orang menginginkan stabilitas atau kemapanan, entah dalam rumah, pergaulan dan hubungan, atau dalam perekonomian. Akan tetapi, orang-orang yang mencari stabilitas mutlak mengetahui bahwa yang demikian itu hanya dijumpai bila ada keimanan dan ketawakalan kepada Allah. Segala jenis stabilitas lainnya bersifat relatif. Sekalipun hal itu mungkin berlangsung selama hayatnya masih dikandung badan, sang pencari kebenaran pun mengetahui bahwa dunia dan alam semesta sesungguhnya tengah menempuh perjalanan, dan bahwa fondasi yang dijadikannya untuk membangun keamanan relatifnya bisa saja terguncang dan dicabut dari dirinya. Sewaktu mengalami guncangan, fondasi relatif yang rapuh, setelah memenuhi tujuannya dalam siklus penciptaan ini, sudah berakhir. Bagi seseorang yang tengah menempuh jalan itu, kesengsaraan seperti itu dipandang sebagai bukti langsung cinta Tuhan Yang Mahabenar kepada dirinya. Karena itu, ia pun mencari fondasi yang lebih baik hingga ia menemukan fondasi sejati dari segala fondasi.
Massa yang padat, yang mencapai keseimbangan sesudah bumi menjadi dingin, dengan memberinya stabilitas relatif, akan hancur beterbangan dan berhamburan menjadi debu. Orang beruntung yang memiliki intelek mulai menyadari bahwa apa yang dipahaminya sebagai ketangguhan fondasinya hanya ada dalam benaknya saja. Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang abadi, entah kesehatan, kekayaan, maupun anak-anak. Sesudah hal itu diketahui, kesadaran, kesegeraan, dan urgensi pencarian kebenaran menjadi kesibukan utama dalam kehidupannya, dan seluruh aspek lainnya menjadi sekunder dan, karenanya, bisa diterima kefanaannya. Setelah fondasinya diguncang dan dihancurkan, terbangunlah sebuah fondasi yang baru dan lebih kuat.
Ukuran hal-hal duniawi berpijak pada faktor-faktor waktu spesifik yang sangat berbeda bila ada keberpalingan hati, yang menimbulkan perubahan situasi seseorang. Ini adalah masalah sikap. Dihalaunya hati dari dunia ini memang benar-benar sebuah peristiwa besar. Ini adalah pengantar menuju pengalaman tentang kehidupan sesudah mati. Maka, hati pun tercerabut sepenuhnya dan memasuki keadaan melampaui kebebasan. Sebab, kebebasan hanya bermakna karena ada belenggu. Manusia mampu memahami keadaan ini secara intelektual dan eksperiensial hingga berbagai tingkatan kejelasan. Misalnya saja, berbagai realitas kasatmata yang paling solid dalam kehidupan ini adalah gunung-gunung yang melabuhkan jubah bumi. Jika entitas-entitas yang dipandang paling solid ini bisa dibebaskan, maka perhatikan hal-hal yang sama rapuhnya dengan segenap pergaulan atau pemikiran.
"Lalu gunung-gunung itu pun berubah menjadi debu beterbangan dan berhamburan." Ketika peristiwa akhir itu terjadi, ada aliran-aliran pasti yang ke dalamnya setiap orang dipisahkan. Dalam dunia ini, aliran-aliran itu tidak diuraikan dengan jelas karena kita mempersepsikan segala sesuatu dalam berbagai tingkatan relatif, dan relativitas itu mengaburkan berbagai uraian itu.
وَكُنتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً
7. Dan kamu menjadi tiga golongan.
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
8.  (Pertama) golongan yang berbahagia. Alangkah mulianya golongan yang berbahagia itu.
Manusia bisa dibagi menjadi tiga jenis. Pada peristiwa terakhir itu, akan ada proses penyaringan persis sama sebagaimana terjadi dalam kehidupan ini. Dalam satu kelompok, ada orang-orang beriman, yang keimanannya bisa berasal baik dari penalaran intelektual maupun melalui pewarisannya dari sebuah keluarga yang beriman kepada Tuhan Yang Mahabenar, kepada Islam. Dalam kelompok lainnya, ada orang-orang yang merugi, yang kebingungan dan sombong. Mereka adalah orang-orang yang egonya demikian membatu sehingga Tuhan Yang Mahabenar pun mereka ingkari sepenuhnya. Akan tetapi, jenis-jenis ini tidak selalu terikat dengan kelompok-kelompok mereka. Ada saat-saat di mana seseorang meninggalkan golongan orang-orang yang merugi dan berada dalam kebingungan untuk kemudian bergabung dengan golongan orang-orang yang memiliki keimanan, keimanan tak tergoyahkan, yang bertumpu pada pengetahuan tentang satu-satunya Tuhan Yang Mahabenar.
Orang-orang golongan kanan adalah orang-orang yang memiliki keimanan sejati. Mereka beriman kepada Allah dan juga kepada rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. Mereka pun berkeyakinan bahwa tujuan penciptaan adalah mengenal sang Pencipta dan mampu menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak sang Pencipta. Iman dimulai dengan ketundukan lahiriah, dan berakhir dengan pengakuan langsung bahwa kehendak seseorang dan ketentuan Allah adalah satu: keduanya memancar dari Yang Mahaesa, didukung oleh-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Pada tahapan ini, manusia menyadari sumber kebahagiaan batiniah, karena sudah tidak ada lagi perlawanan apa pun.
Orang-orang golongan kanan telah bertindak secara positif dan langsung. Tangan kanan dalam kebudayaan Arab, dan juga dalam berbagai kebudayaan lainnya, adalah tangan yang digunakan dalarn transaksi yang sah dan halal. Sementara itu, tangan kiri adalah tangan untuk menyerahkan dan membuang, tangan pengingkaran.
وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ
9.  (Kedua) golongan celaka. Alangkah sengsaranya golongan celaka itu.
Kata masy'amah (tangan kiri) berasal dari kata sya'ama, dan berarti mengetahui pertanda buruk, meramalkan suatu bencana atau ketidakberuntungan. Orang-orang golongan kiri adalah orang-orang buangan yang telah mengutuk diri karena kebodohan dan kerugian mereka sendiri. Manusia tidak bisa menggugat sang Pencipta. Ia sudah diberi gambaran tentang Tuhan Yang Mahabenar, suatu referensi kepada yawm al-qiyâmah yang tidak bisa dicampurinya. Dalam kehidupannya, ia mungkin saja merasa bahwa ia mengalami kerugian, marah, tidak bahagia, dan kebingungan. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa masih ada kemungkinan munculnya kesadaran yang dapat memasukkannya ke dalam golongan kanan. Karena itu, ia harus terus berusaha.
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ
10. (Ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu beriman.

arti surah arrahman

SURAH AR-RAHMAN

"YANG MAHA PENGASIH"

Pendahuluan

Surah ini dinisbatkan pada periode awal Mekah. Ada sebuah hadis yang di dalamnya Nabi Muhammad saw. bersabda, "Segala sesuatu mempunyai pengantin, dan pengantin Alquran adalah surah ar-Rahman." Inilah satu-satunya surah yang dimulai dengan nama Ilahi. Surah ini memuat berbagai aspek dan unsur-unsur ciptaan yang berlainan secara berpasangan: manusia yang tampak dan jin yang tak nampak; langit dan bumi; daratan dan lautan; kebahagiaan dan ketertindasan. Semuanya itu adalah tanda-tanda dan akibat-akibat yang memancar dari satu Sebab.

Ayat 1-10

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
الرَّحْمَنِ
1. Tuhan Yang Maha Pengasih.
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
2.  Dia mengajarkan Alquran.
خَلَقَ الْإِنسَانَ
3. Dia menciptakan manusia.
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
4. Dia mengajarinya perkataan fasih (bukti yang jelas).
Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) adalah salah satu sifat Allah. Setiap sifat adalah ayat, sebuah tanda yang menunjukkan keesaan Allah. Segala sesuatu dalam penciptaan selalu berkaitan dengan-Nya.
Untuk memahami, mengapresiasi, dan menghayati rahmat dari Tuhan Yang Maha Pengasih, manusia telah dianugerahi pengetahuan. Seseorang tidak dapat memahami sesuatu kecuali bila mengalaminya terlebih dahulu. Pengetahuan paling berharga dalam perjalanan hidup adalah pengetahuan Alquran. Hubungan manusia dengan Allah dijalin melalui Alquran, melalui kitab suci, melalui pengetahuan yang memungkinkan manusia melihat rahmat Allah yang serba meliputi. Makna hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. diciptakan sebelum diciptakannya Adam adalah bahwa cahaya jalan kebenaran sudah ada lebih dahulu sebelum Adam. Setelah Alquran, diciptakanlah manusia, Bani Adam. Dengan demikian, pengetahuan— cahaya Islam, cahaya Alquran—sudah ada lebih dahulu sebelum Allah menciptakan manusia (khalaqa al-insan).
Allah Yang Maha Pencipta benar-benar sangat mengetahui apa yang akan diciptakan-Nya. Makhluk paling mulia adalah wujud Muhammad, makhluk paling sempurna. Pengetahuan tentang produk akhirnya, makhluk paling mulia, wakil (khalifah) Allah, berada di tangan Zat Yang Maha Mengetahui (al-'Alim). Nur Muhammad sudah ada ketika Adam masih berbentuk air dan tanah liat. Tujuan penciptaan adalah menciptakan manusia sempurna, nabi terakhir, yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.
Setiap aspek ciptaan memiliki label Penciptanya. Penciptaan ada di dalam nama-Nya. Dengan ketentuan-Nya, rahmat-Nya dimanifestasikan sebagai pengetahuan tentang Alquran. Kemudian, rahmat-Nya pun menjadi tindakan kreasi—khalaqa al-insan—yang menimbulkan riak lebih besar melalui "bukti." Bayan bermakna bukti nyata yang memancar dari Yang Mahalembut, dengan menembus berbagai manifestasi fisik kasar yang menjadi orientasi persepsi manusia. Inilah pengetahuan tentang kesaksian. Segala sesuatu yang terlihat memberi kesaksian atas penciptanya dan juga ketundukannya kepada ketentuan Yang Maha Pengasih.
Pengetahuan tentang Alquran adalah pengetahuan tentang tauhid atau keesaan Allah. Dalam konteks ini, rahmat juga berarti tauhid Zat Yang Wahid, Yang Mahaesa. Akses kepada-Nya adalah melalui pengetahuan tentang ketentuan-Nya, yakni Kitab Suci. Penciptaan terjadi sesuai dengan ketentuan-Nya. Bayan adalah hasil dari hakikat penciptaan itu.
Manusia mencari bukti untuk segala sesuatu. Ia selalu mencari pengetahuan. Ia berusaha mengetahui berbagai sebab, akibat, dan bukti dari segala sesuatu. Tidak ada sesuatu yang acak; segala sesuatu meninggalkan jejak. Manusia adalah jejak sang Pencipta; manusia adalah bukti (hujjah)-Nya. Segala sesuatu dalam eksistensi-Nya adalah tanda kekuasaan Allah. Jika manusia mengenal dirinya sendiri, maka ia telah mengetahui makna ketuhanan (rububiyyah). "Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya"(man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu).
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan tunduk kepada-Nya.
Raga fisik manusia bergantung pada campuran beragam mineral, protein dan elemen-elemen lain yang berhubungan secara halus dengan keseluruhan keseimbangan kosmis. Kehidupan tidak mungkin ada tanpa matahari. Jika matahari pun menghilang, maka kehidupan dalam beragam bentuknya akan memudar, dan kemudian musnah sama sekali. Matahari selalu bersinar, dan bulan dengan setia memantulkan cahayanya, meskipun ia juga mempengaruhi kehidupan.
Karena Tuhan Yang Mahabenar sudah jelas dengan sendirinya, maka Allah juga jelas dengan sendirinya. Pemantul Tuhan Yang Mahabenar adalah Nabi Muhammad saw. Baik matahad maupun bulan memiliki awal dan akhir, sama seperti halnya dua sisi dari mata uang yang sama. Perjalanan kosmis memiliki awal dan akhir. Akan tetapi, awal dan akhir mempunyai satu sifat—mata uangnya tetap satu. Subjeknya satu, tetapi memiliki dua aspek yang saling berhadapan satu sama lain. Inilah kondisi perjalanan di alam semesta ini; inilah juga kondisi cahaya yang selalu berpendar berikut pantulannya.
"Dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan tunduk kepada-Nya." Najm bermakna tumbuh-tumbuhan, dan juga bisa berarti bintang. Najama bermakna muncul, menjadi jelas dan nyata. Ilmu nujum ('ilm an-nujum) adalah ilmu astrologi, ilmu untuk meramalkan masa depan. Najjam adalah seorang astrolog. Syajar adalah sejenis tumbuhan yang memiliki batang atau tangkai (saq). Tumbuh-tumbuhan itu sendiri melakukan sujud (sajdah). Semua makhluk ciptaan melakukan sajdah—orang-orang berbadan tegap maupun cacat; orang-orang yang memiliki karakter baik dan tidak baik; orang-orang yang melakukan iqamah, yang berdiri mengagungkan Pencipta mereka, dan orang-orang yang merangkak-rangkak dari satu ke lain kesengsaraan. Entah suatu entitas tampak bergantung dan tumbuh menjulang ke atas seperti pohon (syajar) atau terapung seperti bintang (najm), atau tampak mandiri, ia tetap saja bersujud.
Sajada juga berarti menyembah. Seluruh entitas menyembah, bersujud, dan berada di bawah kendali satu Tuhan Yang Mahabenar. Tidak ada bedanya apakah semuanya itu entitas dari langit ataukah entitas bumi, seluruhnya berada di bawah kendali (haymanah) Allah. Semuanya itu berada di bawah kendali satu-satunya Pengendali—yang bisa mereka lakukan hanyalah bersujud.
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ
7.  Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan neraca (keadilan).
Sebagai bagian dari penciptaan, langit ditinggikan. Kosmos meluas dan keseimbangan takdirnya sudah ditetapkan oleh neraca atau timbangan (al-mizan). Keseluruhan Penciptaan kosmis didasarkan pada kekuatan penyeimbang yang menyatukannya dan menjaganya, serta juga kemuliaan batiniah dan ruh seseorang, dalam keadaan dinamis.
Imam Husayn a.s. pernah ditanya tentang ayat pertama dari surah ar-Rahman. Beliau menjawab, "Sang Pemberi ruh juga akan memberikan ketenangan dan kenyamanan (rahah)"Seseorang akan diberi sesuai dengan sejauh mana ia mampu mengangkat dirinya melalui keseimbangan syariat dan hakikat, jalan lahiriah dan kebenaran batiniah. Segala sesuatu ada dalam keseimbangan. Keseimbangan bukan hanya berarti keadilan, melainkan juga bermakna bahwa setiap aspek dari penciptaan ini, baik yang bersifat samawi maupun bukan, akan mempengaruhi lawannya.
Pelanggaran terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, sebab sama saja hakikatnya. Jika seseorang secara tidak adil menghancurkan manusia lain, maka ia secara simbolis telah menghancurkan seluruh makhluk, termasuk dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki makna tentang segala sesuatu. Untuk menegakkan kembali keseimbangan, sang pembunuh itu sendiri harus dihancurkan. Dari sudut pandang hakikat, membunuh satu makhluk sama saja dengan membunuh semuanya. Sebagai penjunjung tinggi syariat, manusia harus bertindak tepat: hukuman bagi si pembunuh sama dengan kejahatannya. Karena ia telah menghancurkan dirinya sendiri dalarn pengertian makna, maka ia juga harus dihancurkan dalam pengertian fisik.
Jika cinta telah dihancurkan dalam pengertian makna, maka seseorang lebih baik juga menghancurkannya dalam pengertian fisik. Jika tidak ada lagi cinta atau rasa hormat di antara dua orang, maka hal itu akan tercermin: keadaan batin akan muncul dalam keadaan lahir.
Manusia tak bisa mengambil sesuatu dari satu sisi timbangan tanpa mengabaikan sisi timbangan lainnya. Hal ini tampak sedemikian subtil sehingga ia tidak mampu melihatnya. Akan tetapi, tidak ada sesuatu pun yang luput dan tidak diperhatikan oleh Allah. Hal kecil, sejauh menyangkut tindakan keseimbangan dalam penciptaan, sama pentingnya dengan hal besar. Perhatikan ukuran bom atom dan kerusakan yang ditimbulkannya. Seberapakah ukuran cinta? Manusia bukanlah hakim atau sang penyeimbang. Hanya Allah sajalah yang demikian. Allah mengukur segala sesuatu dengan penilaian-Nya. Bagaimanakah kualitas suatu ruh? Apakah ruh seseorang lebih baik daripada ruh orang lain?
Manusia mengharapkan kesejajaran, yang berarti bahwa, secara potensial, setiap orang memiliki kedudukan yang sama. Ia tidak akan mau menerima orang yang ditempatkan lebih tinggi dari dirinya. Ada kesejajaran, tetapi tidak ada persamaan. Seseorang menghabiskan waktunya untuk mengasah hatinya, beramal saleh, sedangkan seorang lainnya tidak. Dalam menggunakan akal atau kemampuan nalamya, manusia dapat memahami bahwa persamaan itu sesungguhnya tidak ada.
Umpamanya saja, setiap jari berbeda dari jari lainnya. Jari-jari itu tidaklah sama, tetapi terdapat kesejajaran di antara semuanya itu karena semua jari dapat melakukan fungsi yang sama. Secara potensial, setiap jari bisa menimbulkan akibat yang sama, sekalipun masing-masing jari bersifat unik. Jika seseorang membangun rumah sementara Anda menghabiskan waktu Anda dengan mendengarkan kicauan burung-burung, maka pada akhirnya Anda tidak akan memiliki rumah dan ia tidak akan menjadi ahli kicauan burung. Memiliki rumah tidak sama dengan sanggup membedakan kicauan burung. Keduanya berbeda. Akan tetapi, Anda akan menerima ketidaksamaan ini, karena Anda suka mendengarkan kicauan burung. Tidak ada persamaan di sini, tetapi ada kesejajaran.
Secara spiritual, setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk fana dalam diri Tuhan Yang Mahabenar dan mengenal Allah. Bagaimana seseorang bisa mengatakan bahwa hatinya lebih baik dari hati orang lain? Tidak ada persamaan, karena tidak semua potensi akan terwujudkan. Tidak semua orang mampu berada dalam kepasrahan mutlak. Tidak setiap orang memiliki hati bersih dan murni.
Potensi manusia dipagari dalam batasan-batasan keadaan tertentu. Misalnya saja, seseorang mungkin hanya memiliki satu kaki akibat kecelakaan atau akibat cacat sejak lahir. Akan tetapi, dalam batas-batas ini, tidak ada batasan sampai sejauh mana orang bisa pasrah, sejauh tingkatan mana seseorang bisa beriman, dan sejauh derajat mana seseorang bisa hidup dengan senantiasa melakukan amal-amal kebaikan (ihsan). Selama perjalanan hidup, niat seseorang bisa saja semakin disucikan. Jika tidak demikian halnya, lantas di mana rahmat Allah? Jika ada takdir yang tidak terelakkan dan sudah ditentukan sebelumnya (Jabr), maka tidak akan ada rahmat. Rahmat Allah adalah kebebasan spiritual manusia dengan jalan pasrah.
Dalam kehidupan ini, manusia selalu berada pada tataran spiritual dan material tertinggi atau terendah. Inilah hasil interaksi kehendak manusia dengan berbagai hukum dan realitas kreasional, yang sebagian darinya tidak akan pernah bisa diatasinya. Seseorang yang telah kehilangan satu kaki tidak bisa menumbuhkan kaki yang satunya lagi. Ini adalah suatu keterbatasan. Akan tetapi, mana yang lebih penting: keterbatasan fisik ataukah keterbatasan spiritual?
Melalui pengetahuan ihwal kitab penciptaan, melalui Alquran, Tuhan Yang Maha Pengasih telah memberi manusia kemungkinan untuk naik ke hadirat Allah hingga derajat puncak. Tujuan ini bisa dicapai dengan menghindari segala sesuatu selain Allah. Inilah kebebasan yang dimiliki manusia, meskipun terbatas. Setiap orang memiliki keterbatasan; setiap pencari juga mempunyai keterbatasan. Bila manusia tidak memiliki keterbatasan, ia bisa sampai pada tingkatan di mana ia hanya bergantung atau bertawakal kepada Allah, tunduk kepada Allah, tidak memikirkan apa pun selain Allah, dan tidak berharap dari siapa pun selain Allah. Menyatukan nasib seseorang dengan kehendak Allah—itulah kebebasan.
Kadang-kadang manusia akan menerima situasi-situasi yang tidak memungkinkan dirinya untuk meraih ketakwaan sebenar-benarnya, untuk menjadi wakil Allah. Sebab, itulah tanda kemanusiaannya. Inilah tanda sang Pencipta bagi manusia. Karena itu, manusia harus berjuang. Jalan sudah jelas. Jalannya adalah jalan Islam yang berdasarkan pengetahuan tentang Alquran, yang merupakan pengejawantahan dari rahmat Allah.
أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
8. Agar kamu tidak melampaui batas timbangan.
وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
9. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu.
Thagha mengandung arti membanjiri, melampaui batas. Thaghiyah berarti seorang despot atau tiran. Tirani sungguh kotor. Ada banyak bentuk pelanggaran lebih subtil yang lebih sulit untuk dipahami. Pelanggaran memang harus disingkirkan agar seseorang tidak melampaui batas hukum-hukum Tuhan Yang Mahabenar. Jalan Allah adalah keseimbangan sempurna, yang bebas dari segala pelanggaran.
Kata aqimu berasal dari aqama, yang mengandung arti mendirikan, menertibkan, membetulkan. Wazn adalah bobot atau arti-penting yang diberikan kepada segala sesuatu.Qisth adalah jatah atau bagian, suatu porsi dari apa yang seharusnya, porsi dari keadilan dan kesejajaran. Allah berfirman bahwa Dia telah menetapkan keseimbangan. Sebagai wakil dari Tuhan Yang Mahabenar, manusia harus setia kepada Allah, yang telah menetapkan keseimbangan sempurna.
"Janganlah kamu mengurangi timbangan." Kata khasara bermakna merugi atau kehilangan. Jika manusia kehilangan keseimbangan, maka ia telah kehilangan dirinya. Sebab, ia telah membiarkan jiwa rendah atau nafsunya bertindak sesuai dengan orientasi ketidakseimbangan dan pengingkaran (kufr)-nya. Ini adalah pengingkaran atas Tuhan Yang Maha Pengasih. Tiba-tiba ia merasakan bahwa dunia telah meninggalkannya, sehingga ia tidak lagi memiliki akses pada tujuan penciptaan, yakni pengetahuan tentang Alquran.
Salah seorang imam berkata, "Ketika seorang manusia berada dalam kegelapan, Alquran—baginya—menjadi kuburan gelap atau rumah rusak: Alquran tidak lagi memberinya ketenangan dan dukungan." Inilah yang terjadi pada sebagian besar umat manusia; mereka telah kehilangan keseimbangan (mizan). Al-Mizan adalah juga nama Alquran.
Jika manusia bisa menjamin bahwa ia tidak akan mengganggu keseimbangan, maka ia tidak akan pula menyakiti dirinya sendiri. Ia lebih dekat untuk menjadi Alquran yang hidup. Allah memberitahu manusia untuk memberikan nilai pada keseimbangan. Manusia haruslah penuh perhatian, waspada, dan selalu dalam keadaan mengingat Allah. Apakah ia mengetahui apa yang dilakukannya dan mengapa? Apakah ia mengetahui maksud dan tujuannya? Apakah maksud dan tindakannya sudah sejalan? Ia harus bertanya dan mengikuti hati dan akalnya sebagai satu jalan.
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Kemarahan merusak keimanan seperti halnya cuka merusak madu." Manusia membangun segala sesuatu, tetapi kemudian merusaknya lantaran ia tidak mementingkan kesabaran. Bobot apa yang diberikan manusia kepada makna dari kalimat "janganlah kamu mengurangi timbangan itu?" Keseimbangan adalah apa-apa yang pasti benar. Manusia bergerak di jalan keseimbangan ini dari rahim hingga ke liang kubur. Keseimbangan adalah menyadari bahwa seseorang akan berada di alam transisi(barzakh). Seseorang berada di dunia ini, tetapi bukan untuk dunia ini. Manusia datang hanya untuk pergi. Keseimbangan adalah berada di sini dan bersama Allah, dalam keadaan hidup, tetapi disertai dengan keikhlasan bahwa ia siap menghadapi kematian sewaktu-waktu.

Anak Yatim Piatu

Surga Di bawah Telapak Kaki Ibu

Surga di Telapak Kaki Ibu

-Jannatu tahta aqdamil ummahat – Surga itu di telapak kaki ib
u”, awalnya tak pernah terbayang seperti apa dan kenapa surga mesti di telapak kaki ibu? Padahal ayah adalah pemegang tanggung jawab dalam keluarga. Saat kita mulai ingat akan segala sesuatu di dunia ini, mungkin tidak banyak mereka yang menyadari hadits pendek namun padat makna itu.
Bahkan sering kita mendengar begitu banyak anak yang tega berbuat aniaya terhadap ibunya. Sering kita mendengar dan menyaksikan berita yang dimuat baik itu di media cetak ataupun elektronik. Sehingga kadang ironis nya tidak sedikit pula anak yang tega menghabisi nyawa ibunya tanpa alasan yang jelas.
Sungguh miris hati ini rasanya jika kita mendegar hal seperti itu. Di zaman yang semakin maju dengan dukungan teknologi canggih pun kita masih disuguhkan dengan berbagai isu dan berita seperti itu. Tak habis pikir kenapa mereka berbuat tega seperti itu.
Tapi kadang hati ini seperti tidak pernah tersentuh ketika mendengar kabar berita tersebut. Hati ini masih sering membuat ibu menangis, bahkan mungkin secara tidak sadar masih sering lupa akan apa yang pernah ibu berikan. Padahal hati ibu, kasih sayang nya tidak akan pernah luntur meski hujan badai menerjang. Tidak akan pernah sirna ditelan zaman.
Ibu masih terngiang suaramu meski saat ini jarak memisahkan aku dari mu. Sentuhan lembut jari mu di masa kanak-kanakku masih terasa menemani hari-hari ku. Bahkan semua itu menjadi inspirasi dan motifasi bagiku untuk menjalani hari-hari dalam hidupku yang penuh dengan liku-liku. Saat aku jauh, lidah mu tidak pernah kering dari doa untuk kebaikan anak mu. Semua kau lakukan tanpa menuntut pamrih dan balas jasa anak mu. Tapi apa, apa yang anak mu berikan kepada mu? Semua belum sepadan dengan apa yang telah kau berikan pada ku.
Setiap detik dan pergantian hari, kau asuh anak mu. Kau sapih dua tahun lamanya, tapi kau tidak pernah meminta imbalan dari anak mu. Bahkan sebaliknya terkadang anak mu tidak bisa membalas budi baik mu. Sebaliknya bayak sekali sikap ku melukai hatimu, tapi kau tetap memaafkan sikap anak mu.
Sungguh, aku bukan lah anak yang baik yang bisa memberikan balas budi untuk mu. Waktu yang mengantarkan ku pada kehidupan nyata telah banyak menorehkan prasasti tak terilai dari mu. Tapi aku sering lupa, lupa akan apa yang telah engkau berikan kepada ku. Maaf kan anak mu yang telah lalai terhadap semua jasamu.
Mungkin kelahiran anak pertama ku dua hari yang lalu telah memberikan gambaran betapa beratnya perjuangan mu untuk melahirkan ku. Karena aku menyaksikan sendiri bertapa beratnya isteriku melahirkan anak ku. Perjuangan antara hidup dan mati, saat detik-detik melahirkan telah menyadarkan ku betapa luasnya kasih sayang mu yang tidak akan pernah sanggup bagi ku untuk membalasnya.
Terimakasih ibu atas semua jasamu, aku berharap kehadiran cucu mu akan memberikan motifasi bagi ku untuk lebih meningkatkan rasa hormatku kepadamu. Dan aku berhaaarap kehadiran cucu mu bisa menjadi obat segala luka yang pernah tergores akibat sikap ku. Mungkin aku baru sadar bahwa memang surga itu ditelapak kaki ibu.
Wanita Cahaya Syurga
kerlip bintang mampu menghapus putus asa itu.
matahari yang bersinar bisa menutupi kesedihannya

senyumannya yang menyejukan jiwa, laksana bulan purnama bercahaya terang

kesendirianku terhampus lembaran kebahagiaan yang dia berikan

cahayanya bagaikan segumpal cahaya yang mampu menerangi seluruh alam

tatapan matanya yang bersinar seperti air yang menampakkan wajah cantiknya

setetes demi setetes air wudhu membasahai raganya

doa demi doa menyiram hatinya

ketika sayap-sayapnya terbakar,dia berusaha membuat sayapnya itu utuh!

kesabarannya setia menemani hariku yang ceria
.
dia yang selalu menyalakan cahaya-cahaya yang redup dalam hidupku

dia selau menaruh sepotong harapannya agar dunia semakin bersyukur dan bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan terutama pada anak-anaknya

dia yang selalu mengajarkan dunia untuk mngerti kingkungannya terutama pada anak-anaknya

karena dia adalah wanita cahaya syurga yang selalu membuat kita mngerti apa arti dari saling menghargai dan arti dari saling membahagiakan

Anak Yatim Piatu